• Breaking News

    Pantai Ngobaran Gunung Kidul, senandung wisata alam dan budaya

    Gapura Pantai Ngobaran Gunung Kidul

    Pantai Ngobaran adalah salah satu pantai dari berbagai puluhan pantai di Gunungkidul yang Kaya akan keindahan alam dan pesona budaya. Tampil berbeda dan menawan, Mulai dari keberadaan Pura, berdiri kokoh masjid yang menghadap keselatan, tidak hanya itu, wisata kuliner unik Landak Laut Goreng juga ada di kawasan ini.

    Pantai Ngobaran terletak dua kilometer sebelah barat Pantai Ngrenehan, jarak yang begitu dekat sehingga banyak yang akan menyarankan para pelancong agar juga bersinggah. Daya tarik pantai tersendiri membuatnya dikagumi, gulungan ombak beradu cantik diantara karang, ngobaran adalan pantai dengan tebing yang cukup tinggi, hamparan pasirnya pun cukup luas, barisan batu karang terlihat ikut menhiasi pantai, warna hijau dari alga (rumput laut) dan deretan pohon pandan laut menambah warna ketika memandang, nuansa mistis juga tersaji dengan berbagai versi cerita didalamnya.

    Belajar dari sejarah, bangsa indonesia sudah mengenal toleransi dalam beragama sejak dulu kala, terlihat dari bangunan tempat ibadah yang letaknya cukup dekat, hal tersebut juga tersaji di Pantai Ngobaran Gunungkidul Yogyakarta, Masjid berdampingan dengan Pura, selain itu, juga terdapat tempat ibadah kepercayaan Kejawan, selain itu, terdapat pula beberapa arca sebagai tempat upacara agama tertentu.

    Stupa Pantai Ngobaran Gunung Kidul

    Kejawan merupakan aliran kepercayaan peninggalan Prabu Brawijaya V, nama kejawan berasal dari putra Brawijaya V yang bernama Bondhan Kejawan. Menyusuri jalan setapak depan Joglo, akan terlihat sebuah kotak batu dengan pagar abu-abu, terselip juga tanaman kering disekitarnya. Konon, titik dimana ranting tumbuh adalah tempat Brawijaya V membakar diri, karena beliau menghindari peperangan dirinya dengan anaknya, Raden Patah (Raja Demak).

    Menurut cerita para penduduk setempat, Prabu Brawijaya V (Bhre Kartabumi) yaitu keturunan terakhir kerajaan majapahit (1464-1478 M), beliau melarikan diri bersama kedua istrinya dari istana, yaitu Bondang Surati dan Dewi Lowati, karena enggan diislamkan oleh Raden Fatah (Raja Demak), perjalanan jauh, lelah dan letih menjadi satu, akhirnya menemui jalan buntu, Sang Raja dan Istri-istrinya smapai di ujung tebing Pantai Ngobaran, mereka dihadang laut selatan, karena tidak tahu harus apa, akhirnya Brawijaya memutuskun untuk membakar diri, setelah menyiapkan api, sebelum memutuskan menceburkan diri kedalam api, ada percakapan antara sang raja dan istri-istrinya, Brawijaya bertanya, Wahai, istriku ? Siapa diantara kalian yang paling besar cintanya kepadaaku ? “Dewi Lowati menjawab, Cinta saya kepada tuan sebesar gunung. Sedangkan Bondang Surati menjawab, Cinta saya kepada tuan, sama seperti kuku ireng, setiap selesai dikethok (dipotong) pasti akan tumbuh lagi.

    Mendengar hal tersebut, akhirnya Raja menarik tangan Dewi Lowati, mereka bersama menceburkan diri kedalam api, pada saat itu mereka tewas hangus terbakar, Prabu Brawijaya V memilih Dewi Lowati karena cintaistri keduanya tersebut lebih kecil ketimbang Bondang, warga yang menyaksikan hal tersebut memberi nama area Pantai dengan nama Pantai Ngobaran yang berasal dari Kobong (kebakaran).

    Hal tersebut masih simpang siur, penemuan petilasan jejak berupa tulang-tulang sisa kobaran api ditempat itu ternyata bukan tulang manusia, tetapi tulang anjing. Dalam versi lain, mengatakan bahwa Prabu Brawijaya V melakuka Moksa (menghilang) di puncak Gunung Lawu. Menurut sejarawan, versi ini lebih real, karna kenyataan menunjukan brawijaya V enggan masuk islam lalu berkelana menuju Blambangan, kemudian mengasingkan diri ke puncak gunung Lawu , bersama dua abdi yaitu Dipa Manggala dan Wangsa Manggala, disanalah prabu musnah bersama kedua abdinya. Meninggalnya Prabu Brawijaya V sekaligus mengakhiri kerajaan majapahit, istilah “candrasangkala” atau Sirna Ilang Kertaning Bumi, sirna =0, ilang = 0, kerta = 4, bumi = 1, makna tersebut jika dibalik akan menyatakan tahun keruntuhan Kerajaan Majapahit, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 M.

    Terlepas dari cerita masyarakat tersebut, keindahan panorama alam menyatu dengan Pura yang cerita berdirinya tidak jelas. Serta, tepat didepan kotak mitos kejadian bunuh diri Raja Brawijaya V, terdapat masjid dengan ukuran 3×4 m, bangunan sederhana berlantaikan pasir pantai, uniknya masjid ini menghadap ke selatan, imam yang memimpin shalat akan langsung melihat lautan, untuk alasan pembangunan masjid dengan kiblat keselatan ini, belum dipastikan kebenarannya, namun, masyarakat tetap menghadap barat, tanda pensil merah mengarah kekiblat juga sudah diberi oleh warga setempat, konon yang membangun masjid tersebut adalah seorang Kyai terkenal pengikut Nahdatul Ulama yang tinggal di Panggang Gunungkidul.

    Berjalan menuju arah kiri, akan terlihat sebuah Joglo yang digunakan sebagai tempat ibadah pengikut kejawan. Terlepas dari cerita mistis dikawasan Objek Wisata Pantai Ngobaran Yogyakarta tetap menjadi idola bagi para wisatawan, keberadaan tempat budaya disana menambah daya tarik, surga untuk para penikmat pantai, disini juga merupakan lumbung kehidupan para petani rumput laut, biasanya panen dilakukan ketika matahari mulai terbit.

    Pantai Ngobaran juga merupakan tempat upacara Galungan dan Melasti yang sering dilakukan ketika malam bulan purnama, kegiatan tersebut merupakan serangkaian upacara Nyepi (hindu). Begitu pun para penganut Kejawen, berbeda dengan kejawan, penganut aliran kejawen melakukan upacara adat setiap malam selasa dan jum,at.

    Oleh-oleh khas Pantai Ngobaran berupa rumput laut dapat anda beli dengan harga relatif murah. Karangan atau rumput laut dijual dengan harga Rp 1500 – 5000 per/kg, pilihan nya juga beragam dari karangab kerupuk, karangan lumut dan karangan ager.

    Wisata kuliner makan landak laut goreng dengan bumbu garam dan cabe khas Pantai ngobaran akan melengkapi wisata anda ketika berkunjung. Rasa daging landak laut kenyal dan lezat, memang tak banyak penjual makanan unik tersebut, jika ingin pesan, coba langsung saja meminta penduduk yang tengah mencari landak laut ditepi pantai untuk memasakan menu tersebut, warga disana terkenal ramah pada para pelancong yang datang.

    Lokasi Pantai Ngobaran terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa yogyakarta. Koordinat GPS: 8o7’9”S 110o30’16”E disebelah barat Pantai Nguyahan – Wisata Pantai Gunungkidul.

    Rute Menuju Pantai Ngobaran dari Jogja

    Yogyakarta - Lanud Gading - Pertigaan Gading ambil kanan - Playen - Paliyan - Trowono - Saptosari - Pantai Ngobaran. Atau bisa menggunakan jalur Yogyakarta - Kota Wonosari - Paliyan - Trowono - Pantai Ngobaran.

    Harga tiket memasuki kawasan Pantai Ngobaran jadi satu dengan pantai Ngrenehan sebesar Rp 3000, biaya parkir Rp 2000 untuk sepeda motor dan 5000 untuk mobil, fasilitas sudah cukup memadai seperti adanya lahan parkir, tempat ibadah dan warung makan sudah tersedia disini, namun karena belum adanya aliran listrik mencapai lokasi tersebut, sehingga penginapan belum ada. Selamat belibur

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728